Transformasi digital bukan lagi sekadar inisiatif tambahan. Bagi banyak perusahaan modern, pendekatan digital first company telah menjadi fondasi utama dalam membangun produk, budaya kerja, dan pengalaman pelanggan.
Sbitly Technologie adalah salah satu contoh perusahaan yang mengadopsi pendekatan ini secara menyeluruh—bukan hanya pada produk, tetapi juga pada cara berpikir dan beroperasi.
Artikel ini membahas bagaimana pendekatan digital first diterapkan di Sbitly Technologie, serta pelajaran penting yang dapat diambil oleh organisasi lain.
Apa Itu Digital First Company?
Digital first company adalah organisasi yang:
- Menjadikan teknologi digital sebagai titik awal pengambilan keputusan
- Merancang proses bisnis berbasis data dan otomatisasi
- Mengutamakan pengalaman pengguna (user-centric)
- Mengintegrasikan teknologi ke dalam budaya kerja, bukan sekadar alat
Berbeda dengan “digital transformation” yang bersifat bertahap, digital first berarti digital sejak awal (by design).
Menurut Harvard Business Review, perusahaan digital-first lebih adaptif terhadap perubahan pasar dan memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang.
👉 https://hbr.org
Pendekatan Digital First di Sbitly Technologie
1. Digital sebagai DNA Perusahaan
Di Sbitly Technologie, digital bukan sekadar departemen IT—melainkan DNA organisasi. Setiap fungsi bisnis, mulai dari pengembangan produk hingga layanan pelanggan, dirancang dengan prinsip:
- Cloud-based
- Data-driven
- Scalable sejak awal
Keputusan bisnis tidak berbasis asumsi, tetapi pada insight real-time dari data pengguna dan performa sistem.
2. Produk Dibangun Berbasis Masalah Nyata
Pendekatan digital first di Sbitly Technologie berfokus pada problem-first, not technology-first.
Artinya:
- Teknologi dipilih untuk menyelesaikan masalah, bukan sebaliknya
- Validasi dilakukan cepat melalui MVP (Minimum Viable Product)
- Iterasi berbasis feedback pengguna
Pendekatan ini sejalan dengan praktik lean digital product development yang banyak direkomendasikan oleh praktisi teknologi global.
👉 https://www.thoughtworks.com
3. Budaya Kerja Agile & Remote-Friendly
Sebagai digital first company, Sbitly Technologie mengadopsi:
- Kolaborasi berbasis tools digital
- Dokumentasi transparan
- Proses kerja agile dan asynchronous
Budaya ini memungkinkan:
- Kecepatan eksekusi
- Fleksibilitas tim
- Efisiensi lintas lokasi
Menurut McKinsey, perusahaan dengan budaya digital dan agile memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding organisasi konvensional.
👉 https://www.mckinsey.com
4. Pengambilan Keputusan Berbasis Data
Sbitly Technologie memanfaatkan:
- Analytics real-time
- Monitoring performa sistem
- Insight perilaku pengguna
Data digunakan tidak hanya untuk evaluasi, tetapi juga untuk:
- Menentukan prioritas roadmap
- Mengukur dampak fitur
- Mengurangi risiko keputusan strategis
Digital first berarti intuisi diperkuat data, bukan digantikan sepenuhnya.
5. Fokus pada Skalabilitas & Keberlanjutan
Sejak awal, sistem dan proses di Sbitly Technologie dirancang untuk:
- Mudah diskalakan
- Aman (security-by-design)
- Efisien secara operasional
Pendekatan ini membantu perusahaan tumbuh tanpa kompleksitas berlebihan—tantangan umum pada perusahaan yang terlambat menerapkan digitalisasi.
Pelajaran Penting dari Studi Sbitly Technologie
Beberapa insight utama dari pendekatan digital first Sbitly Technologie:
- Digital first adalah mindset, bukan proyek
- Teknologi harus melayani strategi bisnis
- Budaya kerja sama pentingnya dengan infrastruktur
- Data adalah aset strategis, bukan laporan pasif
- Skalabilitas harus dipikirkan sejak hari pertama
Kesimpulan: Digital First sebagai Keunggulan Kompetitif
Pendekatan digital first company yang diterapkan Sbitly Technologie menunjukkan bahwa keberhasilan transformasi digital tidak bergantung pada teknologi tercanggih, tetapi pada cara berpikir dan cara bekerja.
Dengan menjadikan digital sebagai fondasi—bukan lapisan tambahan—Sbitly Technologie membangun organisasi yang:
- Lebih adaptif
- Lebih efisien
- Lebih siap menghadapi perubahan masa depan
Di era ketidakpastian, digital first bukan sekadar strategi—melainkan kebutuhan bisnis.











Leave a Reply